A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: strtotime() [function.strtotime]: It is not safe to rely on the system's timezone settings. You are *required* to use the date.timezone setting or the date_default_timezone_set() function. In case you used any of those methods and you are still getting this warning, you most likely misspelled the timezone identifier. We selected 'Asia/Krasnoyarsk' for 'WIB/7.0/no DST' instead
Filename: news_event/view.php
Line Number: 26
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: date() [function.date]: It is not safe to rely on the system's timezone settings. You are *required* to use the date.timezone setting or the date_default_timezone_set() function. In case you used any of those methods and you are still getting this warning, you most likely misspelled the timezone identifier. We selected 'Asia/Krasnoyarsk' for 'WIB/7.0/no DST' instead
Filename: news_event/view.php
Line Number: 26
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: strtotime() [function.strtotime]: It is not safe to rely on the system's timezone settings. You are *required* to use the date.timezone setting or the date_default_timezone_set() function. In case you used any of those methods and you are still getting this warning, you most likely misspelled the timezone identifier. We selected 'Asia/Krasnoyarsk' for 'WIB/7.0/no DST' instead
Filename: news_event/view.php
Line Number: 26
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: date() [function.date]: It is not safe to rely on the system's timezone settings. You are *required* to use the date.timezone setting or the date_default_timezone_set() function. In case you used any of those methods and you are still getting this warning, you most likely misspelled the timezone identifier. We selected 'Asia/Krasnoyarsk' for 'WIB/7.0/no DST' instead
Filename: news_event/view.php
Line Number: 26
Strategi DwiSapta Menjadi Omni Channel Agency
Setelah melalui perjalanan empat dekade--yang berawal dari studio foto, advertising agency, full service agency, Integrated Marketing Communication (IMC) Company, hingga menjadi bagian dari keluarga besar Dentsu--kini DwiSapta memutuskan untuk melangkah ke next level, menjadi Omni Channel Agency. Apa strateginya?
Penulis: Dwi Wulandari
Empat dekade (40 tahun) tetap bertahan di industri periklanan, bahkan mampu menjadi local agency nomor satu di Indonesia dan merger dengan agensi periklanan dunia, Dentsu, bukanlah perkara mudah bagi DwiSapta. Mengingat, berderet tantangan harus dihadapi para pelaku industri periklanan, termasuk DwiSapta. Mulai dari bertarung dengan agensi multinasional, krisis moneter, hingga disrupsi digital sekaligus pandemi yang tengah berlangsung saat ini, menjadi tantangan yang mau-tak-mau harus dihadapi. Tak heran, jika sejumlah agensi lokal terpaksa berguguran di tengah jalan, lantaran tak mampu menghadapi berbagai tantangan tersebut.
Diungkapkan Adji Watono, Founder DwiSapta dan Chairman Dentsu Indonesia, pada saat Hari Ulang Tahun (HUT) DwiSapta ke-40 yang digelar secara virtual di penghujung Mei (27/5), “Saat ini, DwiSapta mampu bertahan hingga empat era, yakni Industri Periklanan 1.0, 2.0, 3.0, dan kini Industri Periklanan 4.0. Semua ini, karena tim DwiSapta terus berjuang dengan semangat fight until the end, never ever give up, dan selalu mem-push setiap individu sampai over the limit.
Guna menghadapi tantangan, diakui Adji, DwiSapta tak bisa lagi bergantung kepadanya maupun Maya Watono, putri sulung Adji yang turut membesarkan DwiSapta. Industri periklanan dan konsumen sudah berubah. Perubahan tersebut tidak bisa disikapi dengan gaya kepemimpinan one man show seperti awal-awal berdirinya DwiSapta.
“DwiSapta will be younger in next generation. DwiSapta adalah kita. DwiSapta milik kita. Di tangan anak-anak muda, DwiSapta akan lebih baik lagi. Masa depan harus disiapkan sejak sekarang dengan cara improve all the time. Jika tidak berubah, maka kita akan mati. Perubahan yang ada juga harus disikapi dengan cara yang kreatif, inovatif, dan adaptif. Dengan demikian, kita akan sukses,” ungkap Adji.
Tak hanya bertahan, diakui Country CEO Dentsu Indonesia Maya Watono, DwiSapta juga mampu berkembang menjadi lebih baik. Terbukti, DwiSapta yang selama ini dikenal sebagai agensi periklanan yang sangat konvensional, dapat bertransformasi ke arah digital. Saat ini, sudah banyak proyek digital yang ditangani DwiSapta. Antara lain, klien Mayora Group, Kino Group, Deltomed, Enesis yang tahun ini sudah mulai masuk digital, hingga platform Ruang Guru yang telah berhasil didapatkan DwiSapta.
Adaptasi dan Kolaborasi
“Next Level Begins at 40”, demikian tema yang diusung DwiSapta di usianya yang ke-40, yang jatuh pada 27 Mei 2021. Oleh karena itu, pada level berikutnya, di tangan para generasi muda, DwiSapta telah mempersiapkan strategi dalam menghadapi tantangan ke depannya.
Pertama, dalam menyikapi berbagai perubahan, DwiSapta harus mampu berdaptasi. Salah satunya, dengan cara meningkatkan kapabilitas. Mengingat tuntutan klien akan digitalisasi makin tinggi, maka DwiSapta juga harus melakukan digitalisasi. “Semua tim mau bekerja keras, memiliki kemauan untuk belajar, dan tidak takut untuk berubah menjadi ‘digital’. Ini semua karena tim memiliki spirit Never Give Up, yang sejak lama ditanamkan Pak Adji,” Maya meyakini.
Dengan semangat itu, ditambahkan COO DwiSapta Erwin Airlangga, DwiSapta masih bertahan dan terus berkembang hingga sekarang. “Moving Up menjadi tema DwiSapta pada awal tahun 2021. Ini juga yang menjadi spirit tim DwiSapta untuk melanjutkan kisah sukses 40 tahun ke depannya,” ungkapnya.
Dalam konteks adaptasi demi menghadapi perubahan dan tantangan ke depan, diakui Erwin, DwiSapta memutuskan untuk menjadi Omni Channel Agency (OCHA). Untuk mewujudkan OCHA, maka berbagai upaya harus dilakukan. “Langkah pertama, tentu saja kami harus multitalented. Untuk menjadi multitalented, kami harus mulai dengan improvement. Improvement dimulai dari I (saya) dan diakhiri dengan T (Together). Setiap individu harus terus belajar terus, mulai dari belajar digital, belajar kreatif, dan sebagainya. Kami tidak boleh berhenti hanya pada skill yang kami punya. Dan, kesuksesan dicapai, karena kami melakukannya bersama-sama,” paparnya.
Oleh karena itu, di “rumah” DwiSapta yang makin besar, maka DwiSapta harus punya pilar yang lebih banyak. Dulu, hanya ada dua pilar, yakni Adji Watono dan Maya Watono, yang juga selalu menjadi sumber inspirasi. “Sekarang, semua orang harus menjadi pilar dan dapat memperkokoh DwiSapta,” lanjut Erwin.
Mempersiapkan pilar ini sebenarnya telah dilakukan DwiSapta sejak lama. Mulai 2013-2014, DwiSapta telah melakukan training untuk mencetak para future leader guna memikirkan strategi DwiSapta. Mereka harus memiliki kombinasi soft skill (yang selama ini menjadi kekuatan Adji Watono) dan hard skill (yang dimiliki Maya Watono). Hasilnya, saat ini, sudah ada 27 leader yang siap mengawal DwiSapta menjadi Omni Channel Agency melalui Go Digital.
Senada dengan Erwin, dituturkan Managing Director DwiSapta Media Antonius Pribadi, perkembangan DwiSapta hingga terus bergerak maju hingga 40 tahun ini, karena spirit Improve All The Time yang dimiliki tim. “Semangat yang ditanamkan sejak awal oleh sang pendiri ini, menjadi kemampuan individu di tim DwiSapta dalam beradaptasi untuk memiliki kemampuan digital. Dalam konteks level DwiSapta yang sudah naik kelas, maka, standard individunya juga harus ditingkatkan,” ujarnya.
Diakui Andri Mario Pella, Business Director & Head of Strategy DwiSapta Media, lanskap media yang berubah juga memicu DwiSapta harus berubah. Jika 5-10 tahun ke belakang, TV menjadi andalan, maka dalama 4 tahun terakhir terjadi perubahan yang signifikan. “Data media spending per Mei 2021 menunjukkan bahwa porsi TV 79,1 persen, digital 15,4 persen, print 5,2 persen, dan radio 0,2 persen. Menghadapi perubahan ini, kami juga harus mempersiapkan diri. Untuk itu, DwiSapta yang selama ini lebih dikenal dengan TV, ke depannya, memilih multichannel dengan kampanye terintegrasi,” ungkapnya.
Grace Amelia, Group Digital Director DwiSapta Media, mengatakan, untuk menyikapi lanskap media yang telah bergeser ke digital, DwiSapta juga mencermati berbagai platform yang tengah tren. Tahun lalu misalnya, Youtube dan Instagram merajai. Namun, sekarang ini, platform TikTok tengah ramai digandrungi, dengan jumlah pengguna 77 juta. Bahkan, ada juga V Live, platform baru yang satu grup dengan TikTok, yang digunakan untuk live streaming. “Upaya seperti ini kami lakukan karena media mampu mempengaruhi kehidupan konsumen sejak bangun tidur sampai tidur lagi,” ujarnya.
Selain adaptasi, strategi lainnya yang dilancarkan DwiSapta adalah kolaborasi. Setelah merger dan menjadi bagian dari keluarga besar Dentsu, DwiSapta tentu mendapatkan dukungan penuh dari agensi periklanan dunia itu. Antara lain, memperoleh support system melalui perangkat teknologi dan digital mumpuni yang dimiliki Dentsu. Untuk memperoleh insight terkini misalnya, DwiSapta dapat mengakses hasil riset terkini secara realtime dari perangkat teknologi yang dimiliki Dentsu.
“Kolaborasi tak hanya dilakukan di semua unit usaha DwiSapta. Namun, kolaborasi juga dilakukan bersama tim Dentsu. Kolaborasi ini kami kemas dalam konsep gotong royong. Konsep gotong royong ini juga berlaku untuk semua generasi di DwiSapta. Generasi tua dan muda harus saling bergotong royong, mendukung satu sama lain, untuk menjadi lebih baik. Di tangan kita bersama, masa depan DwiSapta akan ditentukan dan bisa bertahan hingga puluhan tahun ke depan. Kita harus bekerja profesional dan produktif, meski harus bekerja dari rumah,” tutup Adji.