A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: strtotime() [function.strtotime]: It is not safe to rely on the system's timezone settings. You are *required* to use the date.timezone setting or the date_default_timezone_set() function. In case you used any of those methods and you are still getting this warning, you most likely misspelled the timezone identifier. We selected 'Asia/Krasnoyarsk' for 'WIB/7.0/no DST' instead
Filename: news_event/view.php
Line Number: 26
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: date() [function.date]: It is not safe to rely on the system's timezone settings. You are *required* to use the date.timezone setting or the date_default_timezone_set() function. In case you used any of those methods and you are still getting this warning, you most likely misspelled the timezone identifier. We selected 'Asia/Krasnoyarsk' for 'WIB/7.0/no DST' instead
Filename: news_event/view.php
Line Number: 26
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: strtotime() [function.strtotime]: It is not safe to rely on the system's timezone settings. You are *required* to use the date.timezone setting or the date_default_timezone_set() function. In case you used any of those methods and you are still getting this warning, you most likely misspelled the timezone identifier. We selected 'Asia/Krasnoyarsk' for 'WIB/7.0/no DST' instead
Filename: news_event/view.php
Line Number: 26
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: date() [function.date]: It is not safe to rely on the system's timezone settings. You are *required* to use the date.timezone setting or the date_default_timezone_set() function. In case you used any of those methods and you are still getting this warning, you most likely misspelled the timezone identifier. We selected 'Asia/Krasnoyarsk' for 'WIB/7.0/no DST' instead
Filename: news_event/view.php
Line Number: 26
Komputer Untuk Yayasan Esti Bhakti
Dwi Sapta kembali melakukan kegiatan sosial yang merupakan “kebiasaan” tersendiri bagi perusahaan yang tahun ini menginjak usia 33 tahun. Setelah melakukan survei ke sejumlah sekolah, pada 24 Oktober 2014 Dwi Sapta akhirnya memutuskan Yayasan Esti Bakti yang terletak di daerah Kapuk, Jakarta Barat sebagai target kegiatan. Sekolah ini tergolong miskin, berada di lingkungan kumuh dan kerap kali dilanda banjir pada musim penghujan. Di sekolah yang dikelola seorang Romo, terdapat 300 orang siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Murid-murid yang bersekolah ditempat itu juga dibagi menjadi dua bagian. Ada yang disebut dengan anak-anak “taman gizi” yang merupakan siswa kurang mampu yang tidak bisa membayar uang sekolah. Mereka yang termasuk anak-anak “taman gizi” tidak perlu membayar biaya apapun untuk bersekolah. Sementara orang tua murid yang sanggup membayar sekolah diwajibkan untuk memenuhi subsidi silang yang selama ini dijalankan.Berkaitan dengan kondisi sekolah yang memprihatinkan tersebut, Dwi Sapta pun terketuk memberikan sejumlah bantuan kepada sekolah Esti Bakti. Kali ini sumbangan yang diberikan Dwi Sapta berupa lima unit PC bekas layak pakai yang diharapkan bisa membantu kurikulum pelajaran yang secara tidak langsung menuntut muridnya untuk melek teknologi. “Melalui sumbangan komputer yang diberikan dapat membantu dan meningkatkan semangat para siswa agar lebih giat dalam belajar. Selain itu juga tentunya dapat mempermudah proses mengajar yang dilakukan para murid dan gurunya,” jelas Adji Watono, CEO & Founder Dwi Sapta. Yanto, salah seorang pengurus sekolah mengatakan kalau sekolah Esti Bhakti memang membutuhkan komputer untuk para siswa agar bisa belajar melek teknologi. Apalagi siswa yang menempuh pendidikan di sekolah ini adalah mereka orang-orang tidak mampu yang sangat membutuhkan bantuan kita. “Memang kita membutuhkan komputer karena komputer yang kita miliki tahun lalu kebanjiran dan tidak tersisa. Jadi lima unit komputer yang disumbangkan Dwi Sapta ini sangat berarti dalam membantu pendidikan anak-anak didik kita. Terima kasih sekali buat pak Adji dan Dwi Sapta atas bantuan yang diberikan,” jelas Yanto.•